Monday, November 21, 2016

Aksi Parade NKRI Bhineka Tunggal Ika

JAKARTA - Koran Jabar, Sejumlah orang tua dan anak-anak berdandan rapi. Beberapa ondel-ondel juga ikut unjuk gigi, dengan rangkaian umbul-umbul dan rambutnya. Mereka berkumpul dan bersiap-siap di pinggir Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, untuk mengikuti Parade Bhinneka Tunggal Ika. Ratusan peserta lainnya juga mulai berdatangan di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, untuk mengikuti parade yang berlangsung pada Sabtu kemarin.

Para peserta aksi damai ini memakai pakaian beragam. Mulai dari kaus aksi parade bertuliskan NKRI Bhinneka Tunggal Ika Relawan Nusantara, hingga pakaian putih khas adat Sunda.

Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Bandung, Blitar, Rembang, Semarang, dan berbagai daerah lainnya.

Seperti rombongan dari sejumlah kota di Jawa Barat, mereka antre memasuki lokasi parkir sejak pukul 06.15 WIB. Pinggiran Jalan Merdeka Selatan pun padat dengan rombongan peserta aksi ini.

Tak hanya itu, sederet gerobak makanan gratis pun berbaris di trotoar. Mereka sejak pagi melayani para peserta aksi untuk sarapan, setelah melalui perjalanan jauh luar kota menuju Jakarta.

Seorang pedagang rujak, Ahmad, mengatakan dia mendapat arahan sejak malam sebelumnya dari panitia aksi. Bersama ketiga temannya yang berbeda dagangan, mereka diminta turut meramaikan parade dengan dagangannya.

"DP Rp 50 ribu. Sisanya nanti. Sudah dikasih nomor telepon," tutur pria 42 tahun itu di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat, Sabtu, 19 November 2016.

Sementara itu, penggagas Parade Bhineka Tunggal Ika Nong Darol Mahmada menyebut, ada sekitar 30 pedagang yang dilibatkan dalam aksi tersebut.

"Kami mengundang gerobak-gerobak untuk terlibat di sini, dan mungkin acara yang ikut di sini. Karena kan banyak peserta kami yang datang dari luar daerah. Mereka pagi-pagi datang belum sempat sarapan. Makanya kami sediakan," ujar dia.

Perempuan yang akrab disapa Nong itu mengatakan, sebelumnya pihaknya memang telah mengkoordinasi sejumlah pedagang untuk masuk dan ikut memfasilitasi konsumsi parade tersebut.

"Ada yang didatangi, ada yang partisipasi dari pedagang sendiri. Ini kan swadaya," ujar dia.

Panitia penyelenggara memperkirakan akan datang 100 peserta pada Parade Bhinneka Tunggal Ika, dari berbagai elemen masyarakat. Tetapi, para peserta yang hadir bukan berasal dari organisasi massa ataupun lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Intinya adalah masyarakat yang berkomitmen menjaga Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," kata dia.

Tujuan acara ini sejatinya untuk mengingatkan kepada masyarakat luas, tentang pentingnya menjaga ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa.

Namun, acara ini berbentuk parade yang sifatnya tidak menakutkan, dikemas dengan sangat rileks dan gembira.

"Dua poin itu termasuk UUD 1945, kan merupakan konstitusi kita, bangsa Indonesia. Supaya dirawat jangan ada yang mau merampasnya," ucap Nong.

Parade Bhinneka Tunggal Ika juga sengaja digelar untuk mengingatkan masyarakat, agar terus menjaga kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Kedua, kami ingin mempertahankan kepemimpinan pak Presiden (Jokowi) jangan diutak-atik," ujar Nong.

Parade Bhinneka Tunggal Ika juga menampilkan tarian dari berbagai daerah di Nusantara. Juga, beragam atraksi kebudayaan dari penjuru negeri seperti barongsai dan pencak silat.

"Di acara itu kami juga tidak lupa berdoa. Karena itu, kita di acara parade tidak mengucurkan organisasi, partai, identitas masing-masing, karena kita lebur sebagai anak bangsa," Nong memaparkan.

Namun, Nong membantah jika acara ini dibuat untuk menandingi demo 4 November 2016. Parade Bhinneka Tunggal Ika murni untuk mengingatkan tentang keberagaman di negara ini.

"Ini yang ingin kami tekankan. Kami ingin acara ini berjalan dengan damai, penuh dengan gembira, jangan diprovokasi juga, biarkan masyarakat merayakan ke-Bhinekaannya," Nong memungkasi.

Kesenian Reog Ponorogo yang tampil atraktif menambah antusias para peserta. Ada tujuh pelaku atraksi tersebut. Satu orang berada di atas panggung acara tersebut dan memimpin tarian keenam reog lain.

Suara gong dan pukulan gendang yang bertabuh rapat menambah meriah suasana. Peserta parade pun ramai-ramai mengangkat tangan dan memuji  atraksi tersebut.

Pada akhir penampilan, orator di atas panggung berpesan untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan Tanah Air.

"Kita tidak ingin menjadi Afghanistan atau Suriah, kita ingin jadi Indonesia," teriak si orator, Sabtu pagi, 19 November 2016.

Memang, aksi ini tidak mencapai jumlah peserta yang diharapkan, namun patut diapresiasi karena masih banyak orang yang ingin mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika.

Anggota DPR Komisi II Budiman Sudjatmiko berharap, Parade Bhinneka Tunggal Ika digelar kembali pada kemudian hari, dan tentu lebih meriah.

"Ini kan ajang mendadak, cuman disiapkan waktu lima hari saja. Ke depan kita akan menyiapkan lebih besar lagi," kata Budiman di sela Parade Bhinneka Tunggal Ika, Bundaran Patung Kuda, Gambir, Jakarta Pusa, Sabtu, 19 November 2016.

"Karena kita tahu energi-energi untuk menjaga NKRI, energi rakyat Indonesia untuk menjaga rumah mereka sendiri itu adalah energi yang sangat besar," Budiman menambahkan. ***RED

No comments:
Write komentar

Powered by Blogger.

Sponsor

Video Of Day

Flickr Images